Perjalanan ke Sigung Kelavang, untuk sampai ke lokasi ini kami harus menaiki perahu kurang lebih 15 menit selanjutnya berjalan kaki kurang lebih 2 jam, medan untuk sampai kesana lumayan berat, beberapa rintangan yang hadapi adalah menyebrangi beberapa anakan sungai, duri rotan, semut api, pacet, tanjakan yang curam, lumpur serta batuan yang licin.
Setelah sekian lama berjalan tiba jua kami di Sigung Kelavang, tanda yang paling terlihat adalah adanya 2 buah pohon beringin besar yang tumbuh di area tersebut. Sigung Kelavang bila di artikan dalam bahasa Indonesia "Danau labi-labi" disebut sigung kelavang karena di danau tersebut masih banyak labi-labi nya, danau tersebut awalnya berupa rawa kecil, pada tahun 1987 perusahan HPH mengexploitasi di sekitar kawasan desa adiu, perusahaan tersebut membuat logpon di batu kajang, untuk menembus sampai di batu kajang mereka harus membuka jalan. Dalam proses pembukaan jalan inilah harus melewati 9 anak sungai karena tidak mau membuat gorong-gorong akhirnya aliran air dari 9 anak sungai tersebut ditutupnya, setelah ditutup air menumpuk di rawa kecil yang sekarang bernama sigung kelavang, makin lama rawa tersebut menjadi besar sehingga membentuk sebuah danau luasnya sekarang mencapai 13 ha. Agar sirkulasi air tetap mengalir 1 dari 9 anak sungai di buka, meskipun demikian warna danau tersebut tetap saja agak coklat tidak sebening air yang berada di sungai-sungai kecil desa adiu factor utamanya banyaknya daun, kayu yang menumpuk di dalam danau dan airnya tidak mengalir secara benar. Beberapa binatang yang menghuni sigung kelavang antara lain: Labi-labi, kura-kura, belut, sidat, gabus, salap, betutung, cipih, saluang, toman, lele, baung dan beberapa jenis ikan lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar