Hari ini saya bersama pemuda Desa Long Lake (Yus dan Apoi) berkunjung ke Pikah (RT 04 lake), selain daerah Luwe (RT 05 Long Lake) daerah Pikah merupakan bagian dari Desa Long Lakeh, perjalanan menuju pikah lebih pendek bila disbandingkan ke luwe, bila berjalan kaki menyusuri bukit dan sungai membutuhkan waktu 50 menit namun jika menaiki perahu ketingting jarak tempuhnya kurang lebih 15 menit, sampai di pikah kami hanya menjumpai ibu-ibu dan anak anak saja karena sebagian besar para pemuda dan bapak-bapak sedang berburu sementara pak gembala tidak ada di tempat, kami berdiskusi dengan ibu bongan dan bapak pungket tentang kondisi di pikah, daerah pikah bila dibandingkan dengan daerah lake mempunyai ruang yang lebih kecil, pikah mempunyai 14 Rumah dan 2 geraja (lama dan baru), dalam sejarahnya menurut informasi pak pungket ketika terjadi gelombang perpindahan ke seturan ada 4 KK yang masih bertahan di pikah dan sekarang total yang menetap di pikah menjadi 26 KK.
Secara tata pembangunan pikah terlihat rapi meskipun tidak sebanyak di Lake maupun Luwe tetapi pikah tertata lebih apik pekarangan di tumbuhi bunga warna warni akan tetapi jarang terlihat tanaman sayur, mereka bila kekurangan sayur, sembako ataupun menggiling padi pergi ke lake, banyak terlihat pipa-pipa saluran air akan tetapi menurut penjelasan warga pikah pipa tersebut sudah lama tidak berfungsi jadi untuk aktifitas MCK mereka mengandalakan sungai malinau yang lokasi nya menurun tajam, sementara untuk sungai pikah sendiri tidak bisa dipergunakan untuk aktifitas karena sangat kecil.
Dalam penggalian informasi bersama pak pungket tidak banyak yang bisa di gali karena bapak pungket tidak lancar berbahasa Indonesia sementara untuk para pemuda dan orang tua tidak satupun yang kami temui mereka sedang berburu, saya bertanya kepada ibu bongan selain ikan binatang apalagi yang di konsumsi masyarakat pika, ibu bongan menajawab apa yang di temui di hutan bisa di makan seperti: Monyet, Kodok Sungai, Babi, Landak, Trenggiling, Kura-kura, Payau, Kijang dll, sayapun kembali bertanya bukankah monyet tidak boleh? Ibu bongan menjawab dulu ketika kami belum ber agama memang tidak boleh tapi karena sekarang sudah ber agama kami boleh memakannya asalkan setiap mau makan di awali dengan doa, sayapun terdiam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar