Fenomena alam yang tidak dapat di bantah lagi, Pemanasan Global menunjukkan jati diri yang sesungguhnya, Penipisan lapisan es Kutub Utara hingga menghilangnya lapisan es di berbagai titik Pegunungan Alpen, Eropa. Frekuensi gempa yang kerap terjadi, tornado yang melanda di berbagai titik negara, ledakan gunung berapi, banjir, pergantian musim yang sudah tidak lazim dan tak mampu di prediksi, kekeringan, semua hal tersebut merupakan penyimpangan iklim, gejala alam tanpa tanding hanya sang pencipta yang tahu segala maksud dan isinya.
Sejak isu globalisme dan modernisasi dikampanyekan jumlah konsumsi meningkat tajam, negara-negara berlomba mempercantik negerinya, saling bersaing untuk dapat disebut sebagai negara paling modern dan paling maju. Semua kawasan sebisa mungkin disulap menjadi gedung dan bangunan-bangunan megah dan berkelas tinggi, teknologi yang terlalu over, kecanggihan yang terlalu revolusioner membuat negara miskin dan berkembang jadi kembang kempis bagai bernafas dalam lumpur, di hadapkan pada situasi dilematis tidak mampu mencipta dan akhirnya hanya sebagai penikmat semu dan pengkonsumsi semata.
Ada yang terlupakan dari semua kegilaan itu, pembangunan yang tidak santun, dalam dekade terakhir, setengah dari sumber energi terpakai oleh manusia dan akibatnya lebih dari setengah hutan dunia hancur. Negara miskin dan berkembanglah yang akhirnya memetik buahnya, buah penderitaan berupa bencana. Negara miskin dan berkembang hanya 30 persen menyedot energi bumi, sedangkan 70 persennya merupakan pemborosan sumber alam yang dilakukan oleh negara maju. Negara-negara maju meminta negara-negara miskin dan berkembang untuk menjaga hutannya, sementara di sisi lain mereka tidak intropeksi apa yang harus mereka lakukan pada negaranya, Ini adalah fakta yang tragis, terutama kita sebagai masyarakat Indonesia.
Manusia harus membatasi keserakahan konsumsi dan hasrat materi (kebendaan) yang berlebih. Industrialisasi harus di imbangi dengan perawatan lingkungan, semakin majunya teknologi secara tidak langsung malah mempersulit manusia itu sendiri, bandingkan dengan kesederhanaan masyarakat jaman dulu, secara ilmu mereka lebih pintar tapi kepintaran mereka tidak digunakan untuk merusak lingkungan.
Satu pesan yang mungkin dapat di petik dari musibah yang terus mendera dan menimpa bumi, masyarakat di belahan dunia manapun harus berbenah dan berfikir tentang fungsi alam, kelestarianya bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia selama manusia masih ada. Generasi kita di tuntut untuk menjaga, demi kelangsungan generasi kita selanjutnya. Konsumerisme hanya akan merusak kesehatan ekonomi dan ekologi secara perlahan dan pasti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar