
Dalam modernisasi ini, penduduk desaku makin trendy dan gengsi, bergaya ala-ala TV sangat kontras dengan kehidupan masa lalu, hidup yang sederhana, hidup yang berbudaya, hidup dengan sejuta tata karma, Modernisasi telah meluluhlantahkan tradisi desaku yang berbudi pekerti itu. Orang di desaku lebih suka bermain ponsel ketimbang bermain gobak sodor, orang di desaku lebih suka nongkrong bermain internet ketimbang bercengkrama dengan sodara dan tetangga, Orang di desaku lebih suka makan kentucky ketimbang makan gethuk, orang di desaku lebih suka di panggil sindy ketimbang tumiyem, lebih suka di panggil charly ketimbang paijo. Globalisasi begitu dasyat, sampai-sampai tak meyisakan sedikitpun akar-akar tradisi lama untuk berkembang.
Kemana sungai kecil itu, sungai yang jernih dan berkelok, tempat bermain singgah anak-anak, tempat belajar mengenal berbagai hewan dan tumbuhan, sungaiku sekarang telah kering dan mati, pohon jati dan bambu telah habis berganti rumah-rumah beton, burung-burung dan binatang lain pun pergi mengundurkan diri. Kemana pohon cemara yang tinggi nan menjulang itu, tempatnya anak-anak beristirahat dan bermain di kala siang, kini telah berganti dengan patung selamat datang. Modernisasi sekali lagi, menghancurkan kenangan kecilku dimasa lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar