Jumat, 27 September 2019

Menugan di Desa Long Jalan


Nugan merupakan aktifitas menanam padi bagi masyarakat punan yang tinggal di desa long jalan atau suku punan yang tergabung di malinau selatan hulu (long jalan, long lake, naha kramo, metut, tanjung nanga, halanga, long rat dan punan mirau), kata nugan hampir mirip dengan kata nugal kata yang bermakna sama dan sebutan nugal berlaku bagi masyarakat yang tinggal di mahakam hulu. Bulan agustus ini sebagian besar masyarakat long jalan melakukan tahapan pembakaran ladang namun aktifitas tersebut terhambat karena curah hujan yang tinggi terjadi setiap malam, baru sedikit masyarakat yang sempat membakar ladang nya dan sekarang sudah mulai melakukan kegiatan nugan salah satunya adalah ibu longan, ladang ibu longan berada di dekat sungai pluye berjarak kurang lebih 3,1 km dari desa atau bila ditempuh dengan perahu kurang lebih 20 menit. Jumlah masyarakat yang membantu ibu longan nugan terdiri atas 25 orang dewasa ditambah 6 orang anak dan 2 orang tua, untuk mengangkut seluruh masyarakat yang ikut menugan ibu longan menggunakan bantuan 3 perahu, dan perahu tersebut merupakan perahu suka rela dari beberapa masyarakat yang ikut membantu nugan. Dari 25 orang dewasa 10 orang merupakan tenaga laki-laki dan 15 orang merupakan tenaga perempuan, ketika menugan mereka mempunyai peran berbeda, untuk laki-laki bertugas melubangi tanah dengan “Utang tugan” (kayu tongkat yang bagian bawah dibuat agak runcing) dengan panjang kurang lebih 1,5 meter, sementara itu para perempuan mengikuti di barisan belakang laki-laki untuk menyebarkan bibit di tanah yang telah dilubangi. Sementara itu anak-anak dan orang tua mereka beraktifitas di sekitar pondok saja, anak-anak ada yang bermain sementara para orang tua ada yang merebus air ada pula yang duduk bersantai di pondok menemani anak-anak. 

Sudah menjadi tradisi pada masyarakat long jalan bagi yang mempunyai kegiatan nugan (orang yang melakukan kegiatan menanam padi), beberapa anggota keluarga akan datang lebih awal atau satu hari sebelum acara menugan, mereka menginap di ladang dengan membuat 1 sampai 2 pondok, beberapa peralatan masak pun mereka bawa, para laki-laki pergi berburu atau menjala sementara itu beberapa dari keluarga perempuan mengolah masakan, nasi dibungkus dengan menggunakan daun itik (daun yang tumbuh disekitar ladang atau hutan), sementara ikan yang mereka dapat dibuat beberapa model masakan: ikan disayur dengan campuran buah plah (terap) atau daun pucuk singkong, ada juga beberapa ikan yang digoreng. Olahan makanan ini telah mereka persiapkan malam hari sebelumnya untuk sarapan (makan pagi) para masyarakat yang ikut kegiatan menugan. Dalam budaya menugan di desa long jalan berlaku makan satu kali sebelum acara menugan di mulai, menugan biasanya di mulai pukul 10 siang tergantung dari kesiapan yang punya ladang dan peserta yang hadir, ada yang lebih cepat ada pula yang terlambat, dan berakhirnya nugan paling lambat jam 5 sore namun ada pula yang selesai lebih awal tergantung luas dari ladang tersebut.

Sebelum menugan di mulai, pagi hari setelah sarapan di adakan doa terlebih dahulu, adapun doa yang diminta berhubungan dengan kelancaran aktifitas nugan, tidak ada insinden dalam menugan, minta diturunkan hujan agar dapat menyuburkan tanah, padi yang ditanam bisa tumbuh bagus sehingga dapat mencukupi kebutuhan keluarga yang menugan ketika masa panen nanti. Setelah berdoa selesai kemudian para penugan menuju ladang yang telah dibakar, para laki-laki membawa “Utang Tugan (tongkat untuk menugan)”, tongkat yang dibuat tidak begitu istimewa hanya menggunakan kayu pohon yang tumbuh disekitar ladang atau kayu yang telah rebah karena memang tongkat ini hanya digunakan sekali pakai dan kalau ada kegiatan menugan lagi mereka akan membuat tongkat kembali, biasanya kayu yang dipilih untuk membuat tongkat adalah kayu yang tidak bengkok dengan diameter 4-5 cm dan panjang kurang lebih 1,5 meter.

Menurut informasi ibu bun (salah satu masyarakat long jalan) hampir sebagian besar ladang milik masyarakat long jalan belum dibakar mereka masih menunggu kemarau tiba, diperkirakan kemarau akan tiba pada akhir bulan agustus ini, jika prediksi masyarakat benar akan terjadi kemarau pada awal bulan September maka perkiraan September mereka menanam padi dan masa panen akan jatuh pada bulan februari 2020 sementara itu bagi masyarakat yang sudah menanam padi pada bulan agustus ini maka diprediksi bulan januari 2020 nanti mereka sudah akan memanen padi, di antara dua kelompok yang telah menugan dan belum menugan terjadi perbedaan doa, bila masyarakat yang telah menugan berharap agar hujan turun setiap hari sementara itu bagi yang belum menugan mereka berharap agar tidak terjadi hujan, kemarau segera tiba sehingga mereka bisa membakar ladang nya. Sebetulnya yang masyarakat tunggu adalah bukan kemarau panjang melainkan tidak ada hujan dalam beberapa minggu saja karena yang masyarakat ingin hanyalah dapat cepat membakar ladang setelah itupun masyarakat di long jalan juga berharap hujan turun menyirami tanaman padinya.



logoblog

Tidak ada komentar: