Sebelum tiba masa menugal (menanam padi) ibu ani dan pak ade mensurvei lokasi, dari hasil survey mereka memutuskan membuat ladang yang memang lokasi nya jauh dari desa long jalan yaitu di sungai kipah, menutur pak ade lokasi tersebut cocok untuk ditanami padi gunung karena subur, ladang ibu ani boleh di bilang ladang paling jauh ketiga setelah ladang milik pak lering dan pak lian (warga long jalan), untuk sampai ke ladang ibu ani butuh perjalanan kurang lebih 45 menit, tempat yang jauh tidak menyurutkan ibu ani untuk menengok ladang, bagi ibu ani ladang merupakan rumah kedua, dalam seminggu ibu ani bisa 3-4x kali berkunjung, adakalanya ibu ani menginap di ladang dan ibu ani tidak mempunyai rasa takut seperti ibu lain nya, ketika di tinggal suaminya mengusa (mencari gaharu), ibu ani masih menyempatkan waktu untuk mengecek ladang nya, membersihkan ladang, mencabuti rumput, memukul kentungan untuk mengusir monyet.
Saat ini baru separuh padi milik bu ani yang terpanen, pasi-padi tersebut di petik dengan menggunakan alat bernama kirok, kirok merupakan alat pemotong padi sepanjang 15cm bisa terbuat dari kayu atau pipa untuk kemudian dikaitkan dengan pisau kecil. Setelah padi terpotong di masukkan ke anjat kemudian setelah penuh, anjat di bawa ke pondok kemudian padi di jemur terlebih dahulu kurang lebih 4 jam bila cuaca panas, untuk selanjutnya padi di masukakan ke dalam karung berukuran 20 Kg – 25 Kg, karung karung padi tersebut selanjutnya di simpan di bawah pondok, berbeda dengan beberapa masyarakat lain nya ibu ani tidak menyimpan karung beras terlalu lama di pondok, ibu ani beserta keluarga mencicil untuk di bawa ke desa, bila ada waktu ke ladang pulang nya pak ade dan ibu ani memanggul satu karung padi begitu seterusnya sampai karung padi yang di pondok terangkut semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar